Selasa, 03 Februari 2015

Pengenalan CSR

Belum semua perusahaan menerapkan program CSR sebagai tanggung jawab sosial, bahkan banyak dari kita yang bertanya apakah CSR itu dan bagaimana mekanismenya. Berikut sedikit penjelasan mengenai CSR semoga dapat membuka pemikiran kita betapa pentingnya CSR. 

CSR (corporate social responsibility) adalah komitmen perusahaan untuk mempertanggungjawabkan dampak  operasinya dalam dimensi sosial, ekonomi, dan lingkungan serta terus-menerus menjaga agar dampak tersebut menyumbang manfaat kepada masyarakat dan lingkungan hidupnya. Tanggung jawab perusahaan mencakup empat jenjang yang merupakan satu kesatuan, yaitu; ekonomis, hukum, etis, dan filantropis. Tanggung jawab ekonomis berarti perusahaan perlu menghasilkan laba sebagai fondasi untuk dapat berkembang dan mempertahankan eksistensinya. Namun dalam tujuan mencari laba, sebuah perusahaan juga harus bertanggungjawab secara hukum dengan mentaati ketentuan hukum yang berlaku.  Secara etis perusahaan juga bertanggungjawab untuk mempraktekkan hal-hal yang baik dan benar sesuai dengan nilai-nilai, etika, dan norma-norma kemasyarakatan. Tanggung jawab filantropis berarti perusahaan harus memberikan kontribusi bagi peningkatan kualitas hidup masyarakat sejalan dengan operasi bisnisnya. 

Melaksanakan CSR secara konsisten dalam jangka panjang akan membuat masyarakat dapat melihat signifikansi kehadiran perusahaan. Kondisi seperti itulah yang pada gilirannya dapat memberikan keuntungan ekonomi-bisnis kepada perusahaan yang bersangkutan. Dengan pemahaman seperti itu, dapat dikatakan bahwa CSR adalah prasyarat perusahaan untuk bisa meraih legitimasi sosiologis kultural yang kuat dari masyarakatnya.
Penerapan kegiatan dengan definisi CSR di Indonesia baru dimulai pada awal tahun 2000 walaupun kegiatan dengan esensi dasar yang sama telah berjalan sejak tahun 1970-an, dengan tingkat yang bervariasi, mulai dari yang paling sederhana seperti donasi sampai tingkat yang komprehensif seperti integrasi, ke dalam tata cara perusahaan mengoperasikan usahanya. 

CSR sekarang dinyatakan lebih tegas lagi dalam UU PT No.40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (UU PT) dan UU No. 25 tahun 2007 tentang Penanaman Modal (UU PM) di Indonesia. Pasal 74 UU PT menyebutkan bahwa setiap perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan/atau berkaitan dengan sumberdaya alam wajib melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan.
Penerapan CSR sebagai tanggung jawab sosial dan lingkungan yang dilakukan perusahaan selama ini hanya berkisar charity kepada masyarakat tempatan.   Jika hal ini dilakukan terus-menerus, masyarakat akan melihat perusahaan sebagai ”pihak yang berkewajiban” menolong dalam kesulitan finansial. Hal inilah yang menyebabkan penerapan CSR charity ini tidak akan berkelanjutan (unsustain). CSR seharusnya menjadi wadah bagi masyarakat tempatan untuk dapat mengembangkan dirinya sampai menjadi masyarakat yang mandiri secara finansial. 

Pelaksanaan program CSR yang paling sesuai untuk mencapai tujuan ini adalah melalui program pemberdayaan masyarakat (community development). Dalam pemberdayaan masyarakat ini, program CSR berusaha membantu masyarakat menyadari potensi mereka seiring dengan  pekerjaan yang mereka lakukan untuk memenuhi kebutuhan fisik mereka. Dengan mengembangkan masyarakat untuk bisa mandiri maka program ini akan lebih berkelanjutan (sustain).

Bentuk program CSR penyusunannya didasarkan pada skema berikut ini :  


Survei menjadi dasar yang penting untuk formulasi program CSR, sehingga diharapkan program yang disusun dapat memiliki nilai tambah baik bagi pertumbuhan ekonomi (profit), perlindungan lingkungan (planet) dan peningkatan status sosial masyarakat (people).


Sumber : Laporan Survei Identifikasi Kebutuhan Warga

Minggu, 01 Februari 2015

KOTAK P3K



Berdasarkan berbagai sumber bahaya di tempat kerja, dan sering terjadinya kecelakaan di tempat kerja yang dapat mengakibatkan cidera terhadap pekerja sehingga kondisi korban ditentukan oleh P3K yang diberikan. Maka, sesuai dengan Permenaker 15 tahun 2008 tentang Pertolongan Pertama pada Kecelakaan ditempat kerja setiap pengusaha wajib menyediakan fasilitas P3K tersebut, termasuk didalamnya adalah kotak P3K.
Yang perlu diketahui banyak sekali kotak P3K diperusahaan-perusahaan yang isi nya tidak sesuai dengan isi kotak P3K menurut PER. 15/MEN/2008. Banyak diantara mereka memasukkan obat-obatan seperti minyak kayu putih, balsem, bioplacenton, panadol, dan obat-obatan minum lainnya, hal ini yang perlu diluruskan. Diperbolehkan untuk mengisi kotak dengan obat-obatan tersebut tetapi namanya harus diganti dengan KOTAK OBAT bukan KOTAK P3K, karena sejatinya kotak P3K hanya berisi 21 item yang disebutkan dibawah ini :
 
PER 15/MEN/2008




Perlu diperhatikan penempatan Kotak P3K yang direkomendasikan adalah :
  • Mudah dilihat, dijangkau, diberi tanda arah yang jelas, cukup cahaya, mudah diangkat
  • Dalam hal tempat kerja dengan unit kerja berjarak 500 meter atau lebih masing-masing unit kerja harus menyediakan kotak P3K sesuai jumlah pekerja/buruh
  • Dalam hal tempat kerja pada lantai yang berbeda di gedung bertingkat, maka masing-masing unit kerja harus menyediakan kotak P3K sesuai jumlah pekerja/buruh.

WASTE REDUCTION INDEKS

WRI atau Indeks Reduksi Limbah adalah persentase jumlah penurunan limbah produksi dalam setiap tahunnya (Environmental Protection Agency, 1999). Dalam prakteknya, WRI dihitung dengan cara membandingkan selisih penurunan jumlah limbah produksi di tahun yang ditentukan dengan jumlah limbah produksi pada tahun sebelumnya.



Keterangan:

WRI : Indeks Reduksi Limbah (%)
W : Jumlah limbah produksi pada tahun yang ditentukan
Q : Raw Material pada tahun yang ditentukan
Wb : Jumlah limbah produksi pada tahun sebelumnya
Qb : Raw Material pada tahun sebelumnya

(Measure of Succes Waste Wise Update – US EPA, 1999)

Lead to LEAN Organization


Tahu tentang LEAN ?
 

Terus terang saya sendiri juga bingung apa maksud dari LEAN itu. Akan tetapi setelah coba dijelaskan dalam presentasi yang dibawakan oleh General Manager saya, sudah mulai ada titik terang apakah LEAN itu sebenarnya, meskipun kebanyakan dari kita memang masih bingung, tapi yang terpenting kita sudah menangkap beberapa point penting didalamnya.

LEAN


· L    = Less
              = Mengurangi
· E   = Enhance
              = Meningkatkan
· A    = Analysis
              = Analisa
· N   = Numerical Control
              = Kontrol Numerik

LEAN pada intinya adalah program untuk mengurangi waste (limbah atau hal-hal yang kurang berguna lainnya), bahasa sederhananya mengurangi hal-hal yang menyebabkan turunnya efisiensi dan produktifitas. Selain itu dengan LEAN diharapakan akan meningkatkan Quality dan Margin perusahaan.

Masing-masing huruf dari LEAN memiliki arti sebagai berikut Less, Enhance, Analysis dan Numerical Control. Dimana kata Less itu adalah Mengurangi, Enhance adalah Meningkatkan, Analisis itu berarti Analisa sedangkan Numerical Control maksudnya adalah control numeric dimana semua hal-hal yang berkaitan dengan LEAN disajikan dalam bentuk data, baik berupa Table, Grafik atau lainnya sehingga memudahkan kita untuk memonitor trend, hasil, inprogress maupun masalah-masalah yang terjadi.
Kata Less yang berarti mengurangi, mencakup hal-hal sebagai berikut: mengurangi barang-barang yang tidak bergerak, produksi yang berlebihan, biaya-biaya yang tidak diperlukan serta perbaikan-perbaikan peralatan kerja.
Sedangkan Enhance yang dalam artian Meningkatkan meliputi aspek-aspek sebagai berikut, meningkatkan kualitas, produktifitas, keamanan, pelayanan dan prestasi.
Dan suatu Analysis sangat diperlukan untuk mengurangi macam-macam pemborosan atau hal-hal yang tidak berguna, seperti hal-hal apa saja yang bisa meneimbulkan defect, SOP yang kurang efissien, 5S, pengiriman dan lain sebagainya. Dan untuk analisa ada media Kontrol Numeric yang berupa tabel maupun grafik guna melihat proses, tren, hasil dan Key Performance Indicator  (KPI).
Apabila keempat point tersebut disinergikan maka akan dihasilkan suatu produk yang memiliki nilai jual lebih sehingga akan menambah profit dari perusaahan dan akan menambah daya saing terhadap kompetitor.



Industri Sekarang dan Masa Depan

Ada suatu perbedaan pemahaman antara tujuan industri masa lalu dan masa sekarang, seperti yang dituliskan dalam cuplikan gambar diatas yang menjelaskan bahwa suatu perusahaan/pabrik dimasa lampau dikenal dengan bisnis yang menghasilkan produk, akan tetapi saat ini dan yang akan datang, suatu perusahaan/pabrik merupakan sebuah industri pelayanan, dimana customer (pelanggan) adalah yang utama dan terpenting. Jadi kitalah yang harus memenuhi apa yang pembeli inginkan dari produk kita, bukan pembeli yang harus menyesuaikan diri dengan produk apa yang kita hasilkan. Customer adalah Raja, itulah kira-kira istilah yang akan dipakai dalam industri saat ini dan masa yang akan datang, merekalah (customer) yang akan menentukan, produk apa yang akan dibuat, dengan kualitas yang seperti apa, harga berapa dan kapan waktu pengirimannya.

Dalam hal ini fleksibilitas sangat diperlukan dalam penentuan proses produksi, dimana kita harus cermat dalam menentukan produk apa yang diprioritaskan guna memenuhi permintaan dari pelanggan. Kita harus siap apabila ada perubahan mendadak dengan jadwal produksi. Oleh karena itulah dengan LEAN diharapakan kedepannya kita akan bisa menghadapi semua itu.

Pedoman Penyimpanan Zat Kimia di Laboratorium Untuk Kesehatan dan Keamanan

Manajemen Laboratorium
Laboratorium merupakan salah satu sarana yang penting dalalm proses belajar mengajar, sebagai tempat belajar atau sebagai sumber belajar, laboratorium harus mempunyai siaft yang nyaman dan aman. Laboratorium yang bersifat nyaman artinya selaha kebutuhan atau keperluan untuk melakukan kegiatan telah tersedia di tempat yang semestinya atau mudah di akses bila digunakan. Sedangkan laboratorium yang bersifat aman artinya segala penyimpanan material berbahaya dan kegiatan berbahaya telah dipersiapkan kemanannya. Bahan kimia merupakan materi belajar yang harus ada dalam laboratorium kimia. Pada dasarnya semua bahan kimia beracun, namun apabila dikelola dengan baik maka dan benar maka tingkat bahaya sebagai bahan beracun dapat ditanggulangi atau dikurangi, sehingga dibutuhkan suatu pengelolaan dan penyimpanan zat kimia yang benar dan tepat.

Kegiatan pengelolaan bahan kimia di laboratorium meliputi beberapa tahapan atau langkah, yaitu :

- Strategi Pengemasan dan Penempatan

- Administrasi dan pencatatan penggunaan bahan

- Peraturan Bahan Dalam Lemari atau Rak

- Pengelompokan menurut jenis bahan

- Kondisi tempat penyimpanan

- Pengelolaan bahan Buangan

1. Strategi pengemasan dan penempatan
Ada beberapa jenis kemasan atau botol yang dapat digunakan untuk mengemas bahan kimia, misalnya botol plastik, botol berwarna coklat atau berwarna putih. Botol plastik hanya bisa digunakan untuk bahan padat. Namun ada bahan cair yang memang sengaja harus di tempatkan dalam botol plastik berwarna hitam, misalnya H2O2. Penempatan  bahan-bahan kimia disusun secara alfabetik sehingga mudah untuk dicari bahkan orang lain yang pertama kali masuk ke laboratorium tersebut. Bahan-bahan yang berbahaya sebaiknya di letakkan dalam rak yang paling bawah, sehingga mudah untuk diambil. Semua bahan harus diberi lebel secara jelas. Untuk larutan sebaikknya dicantumkan pula tanggal pembuatannya, dengan demikian kita akan segera tahu larutan yang lebih lama dan itu yang digunakan terlebih dahulu.

2. Administrasi dan pencatatan penggunaan bahan  
Semua bahan harus mempunyai catatan yang rapi dan teliti. Inventaris bahan ini sangat berguna untuk merencanakan pembelian bahan yang akan diusulkan. Adanya pencatatan yang teratur juga dapat digunakan untuk merencakan anggaran diperlukan untuk mengadakan biaya yang kegiatan laboratorium

3. Pengaturan Bahan Dalam Lemari atau Rak
Bahan kimia yang disimpan dalam lemari sebaiknya diurutkan berdasarkan abjad dan digunakan nama yang seragam, misalnya natrium klorida, natrium sulfat, natrium tiosulfat. Jadi tidak perlu sampai ada dua istilah untuk satu jenis bahan yang sama. Hal ini dapat menyulitkan pengguna untuk mengambil bahan kimia tersebut. Sebaiknya untuk bahan yang sama dibuat urut kedalam lemari bahan yang sudah dibuka segelnya diletakkan di bagian depan agar penggunaan atau pengambilan bahan terkontrol. Jadi kemasan yang terbuka untuk bahan yang sama cukup satu. Untuk menata dalam lemari, lebel diletakkan dibagian depan agar mudah terbaca untuk memudahkan pengambilan sebaiknya lemari dilengkapi dengan daftar atau skema tepat bahan diletakkan. Pintu lemari harus dapat dibuka dengan mudah.

4. Pengelompokan menurut jenis
Bahan kimia yang digunakan di laboratorium wujudnya bermacam-macam, yaitu gas, cair, dan padatan, demikian pula sifat fisiknya dalam menggunakannya. Contohnya seperti sublimat, sianida, arsen, dan senyawanya. Secara umum bahan kimia dapat dikelompokkan sebagai berikut :

- Sifat Racun

Bahan – bahan yang beracun diletakkan dikemas dalam kemasan bertanda khusus sehingga penggunaan langsung dan berhati-hati dalam menggunakannya. Setelah bahan ini dapat diletakkan dalam lemari yang khusus, sehingga tidak mudah di ambil oleh sembarang orang. Dalam laboratorium sebaiknya ditempel bagaimana menggunakan dengan benar bahan yang beracun, sehingga tidak terjadi kejadian yang tidak diharapkan

- Sifat Korosif

Bahan korosif sebaiknya diletakkan jauh dari alat-alat atau instrument, terutama alat-alat yang terbuat dari logam. Penyimpanan bahan korosif yang benar adalah dalam lemari asam

- Wujudnya

Berdasarkan wujudnya bahan dikelompokkan menjadi tiga yaitu padat, cair, dan gas. Penyimpanan yang baik adalah mengelompokkan menurut wujudnya.

- Mudah Tidaknya menguap

Bahan yang mudah menguap sebaiknya diletakkan dalam lemari asam, sehingga uapnya sehingga uapnya langsung keluar ruangan dan tidak menyebar kemana-mana

- Mudah Tidaknya terurai akibat cahaya langsung

Bahan yang mudah terurai bila kena cahaya harus dikemas dengan kemasan khusus (botol Hitam) dan diletakkan tersembunyi dari matahari atau cahaya

- Mudah Tidaknya terbakar

Bahan yang mudah terbakar harus diletakkan jauh dari sumber api atau panas

- Bahan Kimia reaktif terhadap air

Bahan ini juga harus jauh dari tempat berair, seperti logam Na, logam halida, asam sulfat.


5. Kondisi Tempat Penyimpanan
 
Tempat penyimpanan yang baik adalah ruangan khusus, tidak bercampur dengan tempat kegiatan praktikum berjalan. Kelembaban ruangan juga harus benar-benar diperhatikan untuk mencegah agar bahan tidak mudah rusak. Sinar matahari diusahakan bisa masuk, tetapi tidak terlalu langsung atau banyak. Suhu ruangan juga tidak boleh terlalu panas, karena akan merusak beberapa bahan. Umumnya bahan kimia di simpan berdasarkan kelompoknya misalnya rak atau almari tempat penyimpanan bahan padat, cair, gas, dan bahan berbahaya. Untuk bahan padat yang tidak mudah meledak atau terbakar dapat diletakkan dalam almari tertutup sedangkan untuk bahan yang mudah terbakar atau meledak diletakkan dalam lemari terbuka yang tidak terkena sinar matahari secara langsung. Tujuan penyimpanan ini agar bila terjadi ketidakberesan dapat dengan mudah diketahui. Tempat penyimpanan bahan berwujud cair sebaiknya berada pada bagianbawah atau di dalam lemari asam, sedangkan untuk bahan yang tidak berbahaya dapat diletakkan dalam lemari tersendiri. Hal bertujuan agar bila terjadi kebocoran gas dapat langsung keluar melalui cerobong asap dari lemari asam, jadi tidak menyebar. Demikian pula bila cairan yang tercecer, maka membersihkannya dapat dengan mudah, karenanya lemari asam biasanya dilengkapi dengan air/kran.

Lemari untuk menyimpan bahan, terutama cairan sebaiknya dibuat terjangkau oleh tangan. Bila masih diperlukan alat bantu seperti tangga maka akan dapat mebahayakan pengambilnya. Lemari juga harus dibuat dari kayu yang tidak mudah lapuk atau dimakan rayap.

Lemari dapat juga terbuat dari beton yang dikeramik. Yang terpenting lemari harus kuat dan tidak mudah menyerap panas dari luar. Lemari yang terbuat dari besi sebaiknya dihindari untuk menyimpan bahan karena mudah korosi.

6. Pengelolaan Bahan Buangan  
Bahan buangan setelah selesai kegiatan praktikum juga dapat merupakan masalah penting bagi setiap laboratorium. Laboratorium yang baik umumnya dilengkapi dengan bak penampung limbah, dengan demikian pembuangan limbah menjadi terkontrol. Pembuangan limbah yang baik dipisahkan antara limbah padat, dan limbah cair.

Intermediate Bulk Container (IBC)

Mengenal Tipe IBC


Sering kita temui adanya IBC yang terkontaminasi oleh air. Apalagi saat musim penghujan seperti ini, banyak IBC yang disimpan diluar (tidak dibawah atap). Akan tetapi ada juga IBC yang meskipun disimpan diluar dan terpapar hujan terus menerus tidak terkontaminasi dengan air. Mengapa hal tersebut bisa terjadi, ada IBC yang sama-sama disimpan diluar akan tetapi ada yang terkontaminasi dan ada yang tidak. Hal tersebut akan coba penulis jelaskan pada artikel ini agar kita semua mengetahuinya.
Jenis IBC
Perlu kita ketahui terlebih dahulu, untuk IBC yang kita gunakan :
1. IBC dengan rangka besi
2. IBC dengan pelindung karet
Dan dari kedua IBC tersebut yang paling sering terkontaminasi oleh air adalah IBC yang kedua, yaitu IBC dengan  pelindung karet.


Gbr 1. IBC dengan rangka besi



Gbr 2. IBC dengan pelindung karet


Mengapa bisa terkontaminasi?


Mengapa hanya IBC yang berpelindung karet yang sering terkontaminasi ? Dan mengapa ada yang terkontaminasi dan tidak? Berikut ini akan coba kita sampaikan alasan-alasan yang meneyebabkan hal tersebut.

Dari tampak samping untuk IBC dengan pelindung plastik,  antara mulut bagian atas dengan bagian tepi ada selisih sekitar ±1 cm,  jadi meskipun ada genangan air pada permukaan,  maka kemungkinannya sangat kecil apabila ada air masuk. (pengukuran dilakukan saat kondisi IBC kosong).

Selain itu terdapat 2 saluran buang untuk air yang mengapit bagian tutup secara sejajar (lihat gbr), hal ini memungkinkan apabila permukaan IBC dipenuhi dengan air maka air akan terbuang melalui saluran tersebut, sehingga air tidak mungkin bisa masuk kedalam IBC.



Akan tetapi kondisi akan berbeda apabila IBC tersebut diisi, hal tersebut dapat kita lihat di simulasi selanjutnya. 

Gbr 3. Penampang melintang IBC



Perbandingan 2 kondisi IBC dengan Pelindung Karet



IBC dengan pelindung karet yang bagus terlihat dari keranjang yang masih utuh dan tidak putus. Dari kedua kondisi tersebut, kemudian coba kita trial dengan mengisi air  untuk masing-masing IBC @ 1000 liter. 



Keranjang yang putus tidak bisa menahan beban air yang disiikan sehingga, IBC menjadi melar dan menurunkan bagian permukaan IBC.  Beda dengan keranjang yang bagus yang masih bisa menahan air.
Dari kedua gambar tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat penurunan permukaan yang  signifikan pada IBC dengan  kondisi keranjang putus pada bagian bawah



 

Simulasi pemberian air pada permukaan IBC

Setelah kita isi dan ternyata ada penurunan permukaan, maka kita coba juga simulasikan bagaimana apabila permukaan IBC terpapar hujan terus menerus yang tentunya akan timbul genangan pada permukaan yaitu dengan memberinya air pada permukaan sampai maksimal air bisa keluar dari saluran air dan ternyata apa yang terjadi? 



 


 


Pada gambar diatas dapat dilihat perbedaan antara IBC dengan pelindung karet yang kkondisinya tidak baik (kiri) dan yang baik (kanan).
Untuk IBC yang kondisinya tidak baik Air hampir sejajar dengan bagian atas mulut IBC, dan apabila ditutup dengan cap posisi air pas dengan lubang pada tutup.  Apalagi jika tutup tidak ada sealnya dan terpapar hujan terus-menerus,maka air pasti akan masuk.
Sedangkan untuk kondisi IBC yang baik, masih ada jarak antara air dengan permukaan mulut  IBC, ± 1 cm. Begitu juga saat dipasang Cap, masih ada jarak antara lubang dengan permukaan air (lihat gambar).
Dari hasil simulasi tersebut apabila kita coba bandingkan dengan IBC yang terkontaminasi di lapangan maka akan kita temui kondisi-kondisi yang mirip. Antara lain hasil dari pengamatan kita temukan ada IBC yang  permukaannya membentuk cekungan dimana posisi  lubang mulut IBC lebih rendah dibanding dengan sisi tepi. Sehingga jika ada genangan air dalam cekungan maka otomatis air akan bisa masuk kedalam IBC karena air tidak bisa mengalir.

Selain itu ditemukan juga ada Cap yang ‘seal’ karetnya putus sebagian dan bahkan ada yang tidak ada ’seal’ karetnya.
  
Dan dilapangan juga kita temukan ada kondisi mulut IBC yang sudah tidak bagus lagi (ada retakan, menekuk kedalam) Hal ini memungkinkan air bisa masuk, apalagi jika tutupnya tidak ada seal.

Kondisi Mulut IBC yang menekuk kedalam



Hal-hal yang perlu diperhatikan

Memang Idealnya IBC dengan pelindung karet ini sudah tidak digunakan untuk base oil maupun additive dan diganti dengan IBC yang lebih bagus (IBC dengan rangka besi tanpa pelindung karet), akan tetapi apabila terpaksa harus menggunakan IBC ini karena kondisi stock IBC additive yang minim maka perlu diperhatikan beberapa syarat dibawah ini yang harus dipenuhi :

  1. Kondisi keranjang bagian bawah tidak boleh putus 
  2. Kondisi permukaan IBC tidak boleh membentuk cekungan. Hal ini juga bisa timbul disebabkan karena ada proses penumpukan IBC, terutama untuk IBC yang dibagian bawah. 
  3. Tutup yang digunakan harus memiliki seal, Baik seal bagian dalam maupun seal bagian luar (di bagian tengah cap),  apabila tidak memungkinkan bisa diganti cap dengan model tanpa lubang tengah. Gunakan Cap/Tutup yang tidak lubang pada bagian samping


    Dan apabila keempat syarat diatas tidak dapat dipenuhi, maka IBC ini juga masih bisa digunakan untuk Additive atau Base Oil asalkan penyimpanannya tidak ditempat terbuka. Atau jika memang disimpan ditempat terbuka maka paling tidak harus ditutup dengan “terpal”.